Jangan Pernah Menulis Lamaran Jadilah Entrepreneur

selamat datang Quote: Maav Sebelumnya untuk agan" sesepuh serta Momod & MiminThread saya gk bermutu jika. Saya ini hanya sekedar Share ttg percakapan saya dg dosen ITB, semoga cerita ini bisa membangun jiwa Entrepreneur" maternity kalangan muda yg membaca Quote: Maav ya momod mimin Forum Entrepreneur Ini saya pindah kamar dari installation seblumnya, karena saya td salah kamar, Semoga ini kamar yang cocok untuk thread ane:malu Quote: Spoiler for komik: Artikel ini diditulis sebagai jawaban atas pertanyaan pak Zainal Abidin (Dosen Mesin ITB) yang dilontarkan di transmitting itemize Dosen ITB. Pertanyaan itu sendiri muncul sebagai respon terhadap komik buatan Budi Raharjo tentang kuliah Konsep Teknologi yang dijarkan dimana pak Buntoro (sebagai tamu) mengatakan "Jangan Pernah Menulis Lamaran. Jadilah Entrepreneur!" Apakah ajakan ini bijaksana? demikian pertanyaan pak Zainal Quote: Spoiler for Oke Gan kita mulai perbincangannya: Baiklah, kita mulai. Pak Zainal Abidin: "Saya justru menganjurkan lulusan ITB untuk bekerja dulu di industri beberapa saat sebelum menjadi enterpreneur, karena ... (bla,bla) biar punya modal, ... (bla,bla) memiliki pandangan barang yang dibutuhkan oleh industri, ... (bla,bla) mengenal pembeli, pensuplai, tenaga ahli yang diperlukan, dan cara pemasaran." Quote: Spoiler for Problem 1: Tunggu sampai lulus dan bekerja dulu? Apa yang dikatakan bapak benar, akan tetapi mengapa harus menunggu sampai mahasiswa lulus? Semestinya hal-hal mengenai entrepreneurship ini harus dimulai sebelum mereka lulus (ketika menjadi mahasiswa) atau bahkan tidak perlu lulus (drop out)! Ketika kampus tidak memberikan kemudahan untuk bereksperimen dalam entrepreneurship (dan lebih menekankan kepada kuliah kelas) maka modify discover mungkin merupakan sebuah alternatif yang lebih menarik. Banyak contoh di luar negeri dan bahkan di Indonesia yang modify discover dan sukses. How unfathomable is your passion in your dream? Gan Mohon tulisan ini jangan dianggap sebagai ajakan atau legitimasi untuk dropout. :malu Apabila entrepreneurship baru dimulai setelah mahasiswa lulus, dan kemudian bekerja, maka berapa tahun lagi baru dia bisa memulai. Kesuksesan dalam segala hal membutuhkan waktu. Skill membutuhkan waktu untuk diasah. Intuisi membutuhkan waktu dipertajam. Saingan mahasiswa tersebut sudah mulai. *Dosen Le### Quote: Spoiler for Problem 2: Aspek Finansial Banyak pongid yang beranggapan bahwa masalah utama dalam mendirikan sebuah perusahaan move up adalah aspek pendanaan. Memang aspek pendanaan merupakan aspek yang penting, akan tetapi dia bukan aspek yang nomor satu menurut pandangan saya. Aspek lain yang lebih penting adalah ide dan SDM. Tapi, baiklah kita bahas aspek pendanaan ini. Sumber pendanaan dari pendirian perusahaan move up ada banyak, antara lain: angel investors, institutionalized investors, dan bursa saham. Perlu diingat bahwa pinjam uang dari bank, bukan merupakan alternatif dalam mendirikan move up. :hammers Quote: Spoiler for Problem 3: Banyaknya kegagalan Pak Zainal :Saya rasa dari 10 (atau bahkan 100) perusahaan yang berdiri hanya 1 yang dapat bertahan setelah 5 tahun (CMIIW). Apalagi menghadapi krisis ekonomi semacam ini. Jadi bagaimana sebaiknya? Kita tidak usah mendirikan perusahaan dan membuka lapangan pekerjaan? Biarkan pongid lain saja yang mengambil resiko? Lulusan kita sebaiknya menjadi pegawai saja? Atau lebih aman lagi, mungkin perlu kita anjurkan gum lulusan kita menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja? Bukan maksud saya untuk mendiskreditkan seseorang atau sekelompok, akan tetapi perlu kita tegaskan kemana lulusan kita akan diarahkan. (Khususnya untuk bapak, saya bukan bermaksud menggurui.) :s:shakehand2 Entrepreneurship memang tidak untuk setiap orang. Namun perlu kita perhatikan berapa jumlah pencari pekerjaan (termasuk lulusan perguruan tinggi) setiap tahunnya? Siapa yang akan menyerap mereka? Siapa yang mau memikirkan pembuatan lapangan pekerjaan kalau bukan kita-kita? Sayangnya kita-kita, termasuk kampusku yang tercinta, tidak terlalu peduli. Business as usual. Quote: Spoiler for Problem 4: Entrepreneurship dan Kampus Saya : Apa itu entrepreneurship? Saya tidak tahu karena tidak pernah diajarkan di kampus. Dosen :Tepat sekali, saat ini memang kampus kita (ITB) belum mampu mengajarkan entrepreneurship. Saya : Padahal saya pernah mendengar rencana ITB untuk menjadi entrepreneurial Lincoln setelah menjadi investigate university. Dosen : Untuk sementara ini bisa saya katakan bahwa ini masih mimpi. Saya : Jika tidak diajarkan di university, maka dimana mahasiswa bisa belajar mengenai hal ini? Berarti mahasiswa harus belajar di luar kampus. Selain itu, menurut pendapat saya entrepreneurship tidak hanya diajarkan di kelas saja, akan tetapi harus dicontohkan juga. Kwa lebih mudah menjelaskan sesuatu jika ada contoh yang nyata. Apakah ada contoh entrepreneur sukses di kampus ITB? Dosen : Tidak banyak. :hammers Saya : Bagaimana mahasiswa akan percaya kalau tidak ada contoh, dan bahkan dosennya pun hanya berteori tanpa pernah mencoba. Kalaupun mencoba, dosen ini hanya menjalankan perusahaan "ecek-ecek" yang sebetulnya hanya mengerjakan proyek-proyek saja. Ini bukan entrepreneurship yang saya pikirkan. Quote: My Dream Saya mulai memikirkan bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan. Entrepreneurship harus dimulai sejak dini. Di sisi lain, saya ingin mebuka mata maternity dosen dan pimpinan perguruan tinggi tentang pentingnya mendukung entrepreneurship yang tidak hanya berhenti di mulut saja, akan tetapi juga pada action. terima kasih telah berkunjung
Technorati
Bookmark and Share

0 comments:

Post a Comment